HIKMAT
(Ir. Roland Hutajulu)
Tetapi oleh Dia kamu berada dalam
Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan
dan menguduskan dan menebus kita. (I Korintus 1, 30)
Saudara
yang kekasih, di dalam kamus bahasa indonesia, hikmat itu diartikan adalah
bijak, arif, dan juga hikmat itu diartikan adalah sakti.
Hikmat
dapat kita defenisikan, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seseorang berupa
pengetahuan yang dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, dan dia juga
mempunyai kemampuan untuk menindaklanjuti atau melaksanakan pengetahuan yang
dimilikinya tersebut menjadi solusi penyelesaian persoalan dimaksud.
Saudara
kekasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, Hikmat kadang-kadang sulit kita pahami,
apakah hikmat itu harus selalu lurus, jujur dan penuh kebenaran, karena ada
hikmat ketika disimak lebih dalam, kelihatannya bertentangan dengan ketentuan
dan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh; ketika Salomo harus menetapkan
siapa ibu dari seorang bayi yang sedang diperebutkan oleh dua orang ibu yang
saling berseteru, Salomo menempuh kebijakan yang melanggar hukum taurat yaitu
dengan mengucapkan kata “bunuh” yang kita tahu bahwa membunuh tidak
diperbolehkan dalam hukum taurat.
Berdasarkan
kisah bayi yang diperebutkan oleh dua orang ibu tadi, dalam prosesnya ketika
hikmat itu dipergunakan untuk menentukan keputusan yang adil, terkadang
ketentuan hukum dan normatif harus di langgar terlebih dahulu untuk mengetahui
siapa yang benar, siapa yang salah dalam sebuah kasus, sehingga melalui kebijakan
atau hikmat tersebut, menjadi terlihat dengan jelas masalah apa yang
sesungguhnya terjadi dalam kasus atau persoalan yang di hadapi.
Saudara
yang kekasih dalam Yesus Kristus,
I
Korintus 1, 30, yang menjadi perikop kita saat ini, dinyatakan bahwa kita yang
berada dalam Yesus Kristus, oleh Allah, menjadi hikmat bagi kita. Didalam Kitab
Yohanes disebut bahwa Yesus Kristus adalah Firman Allah (Yohanes 1, 14) yang oleh
rasul Paulus menjadi hikmat bagi kita. Oleh karena itu kita yang sudah menerima
atau berada dalam Yesus Kristus adalah orang yang berhikmat, yang punya
kemampuan untuk mengatasi segala persoalan yang datang kepada kita.
Allah yang
telah memberikan AnakNya yang Tunggal Yesus Kristus menjadi hikmat bagi kita, yang
tentunya disaat kita memiliki masalah, kita dimampukan oleh Tuhan Allah untuk
menyelesaikan persoalan hidup kita. tanpa ragu-ragu, dan tanpa ketakutan.
Berbicara
mengenai hikmat, kalau kita simak didalam kitab Korintus, ternyata hikmat dapat
juga berasal dari dunia ini, pemahaman dunia dalam hal ini adalah dari penguasa
kegelapan. Oleh karena itu kita harus ekstra hati-hati untuk menafsirkan hikmat
yang diperhadapkan pada kita, apakah hikmat tersebut adalah dari Dunia ini atau
dari Tuhan Allah, sebab perbedaan hikmat dimaksud cukup tipis. Didalam Lukas 7,
35, dikatakan bahwa Hikmat harus dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.
Ilustrasi
ini, mungkin dapat memberi pemahaman bagi anda seperti apa hikmat dari Allah dan
hikmat dari Dunia ini;
Suatu
waktu seorang bapak pergi kepasar dengan menaiki sepeda, hendak membeli buah
semangka, seperti biasanya penjual semangka selalu menggangtungkan contoh
semangka yang sudah dibelah di tempat penjualannya. Sudah barang tentu barang
contoh yang dipajang adalah semangka yang terbaik, buahnya segar dan warnanya
memikat. Si bapak meminta pada penjual semangka, bahwa ia ingin membeli
semangka yang kualitasnya seperti contoh barang yang dipajang. Si penjual
mengambil semangka sesuai pesanan si bapak tersebut. Semangka yang dibeli tersebut,
di ikat dan digantug di tempat stang (kemudi) sepedanya. Dalam perjalan pulang,
ternyata ada pengendara sepeda motor yang berlawan arah dengan si bapak dalam
keadaan ngebut, hendak melewati sebuah mobil angkot, rupanya mobil yang akan
dilewati juga akan melewati pengendara becak, sehingga mobil bergeser kesebelah
kanan untuk mendahului pengendara becak, dengan kondisi demikian, si pengendara
sepeda motor hilang kendali dan menabrak sibapak yang membawa semangka tersebut.
Si bapak terjatuh dan semangkanya juga terpecah-pecah akibat tubrukan sepeda
motor. Si bapak cepat-cepat berdiri, namun disayangkan semangkanya sudah
berderai. Sibapak melongo dan heran memandang semangka yang dibelinya ternyata
warnanya pucat kekuning-kuningan. Sibapak berpikir, bahwa ia sudah ditipu oleh
si penjual semangka, karena semangka yang dibeli seharusnya isinya berwarna
merah segar. Berhubung jarak jatuhnya si bapak belum terlalu jauh dari tempat sipenjual
semangka, maka dengan hati yang dongkol dan sedikit marah, si bapak menemui si
penjual, dan bertanya mengapa semangka yang dibeli adalah semangka yang warnanya
pucat kuning, sementara yang diminta adalah yang merah segar. Melihat kondisi
semangka yang ditunjukkan si bapak, sipenjual agak heran dan bertanya, mengapa
semangkanya berderai seperti itu, kemudian si bapak menceritakan kejadiannya
kepada si penjual. Saat itu si penjual mendapat hikmat dan berkata pada si
bapak, “ bapak tahu tidak!”, orang aja pucat, kalau tabrakan, apalagi semangka
ini tentulah jadi pucat” mendengar kata-kata itu, sibapak diam terkesima
mendengar jawaban si penjual semangka, dan tidak bertanya lagi.
Saudara
yang kekasih, si bapak tadi ketika mendengar pernyataan si penjual semangka,
membenarkan apa yang disampaikan oleh sipenjual semangka, karena sipenjual
tersebut memiliki hikmat untuk menjawab si bapak. Akan tetapi yang menjadi
pertanyaan apakah hikmat si penjual semangka tersebut adalah hikmat dari Tuhan
Allah, atau dari Dunia. Sipenjual memang lepas dari tuntutan dari si bapak
tersebut karena si bapak tersebut dapat menerima alasan sipenjual.
Saudara
yang kekasih, untuk membedakan hikmat dari Allah dengan hikmat dari dunia ini,
adalah dengan melihat manfaat atau hasil yang muncul dari hikmat tersebut.
Kalau hikmat dari Allah, semua pihak merasa tidak ada yang dirugikan karena mereka
melihat kebenaran menjadi nyata atau terlihat jelas. Sebagaimana yang kita
lihat ketika Salomo berhikmat, bahwa ibu palsu dari sibayi tersebut akhirnya
mengakui juga kesalahannya. Sementara dari illustrasi tadi, sipenjual semangka
tidak mau mengakui kesalahannya, dan si bapak pembeli semangka tersebut, sekalipun
membenarkan sipenjual, sebenarnya dia bingung atas jawaban si penjual semangka.
Saudara-saudara
yang kekasih dalam Yesus Kristus;
Semua
orang yang sudah menerima Yesus Kristus berhak mendapatkan hikmat, karena Allah
memberi hikmat tidak membeda-bedakan status, umur, suku dan ras. Artinya siapa
saja dapat memiliki hikmat dari Allah, selama Tuhan berkenan. Oleh karena itu, Hikmat
juga bisa datang kepada anak-anak sekalipun masih kecil, sehingga persoalan
yang besar dapat terselesaikan. Illustrasi berikut ini mungkin dapat memberikan
pemahaman bagi anda;
Sebuah
keluarga, yang mempunyai seorang anak, dan di dalam keluarga ini, ayah dari suami
ikut bersama-sama dengan keluarga tersebut. Ayah si suami atau mertua si istri,
atau kakek si anak, mengidap penyakit stroke. Sang istri sebenarnya kurang
setuju mertuanya ikut bersama mereka. Karena dalam kehidupan sehari-hari,
kehadiran si kakek menjadi beban berat bagi sang istri, hal ini disebabkan karena
kondisi si kakek yang stroke terkadang mengakibatkan barang pecah belah di
rumah menjadi jatuh tersenggol atau terjatuh dari tangan si kakek. Demikian
juga saat makan pun kadang-kadang piring pecah karena terjatuh dari meja,
termasuk nasi dan lauk pauk sering berjatuhan dan berantakan ditempat dimana si
kakek duduk. Memperhatikan hal tersebut si istri mengusulkan pada suaminya,
agar si kakek kalau makan tidak lagi di meja makan, melainkan dimeja khusus tersendiri
dan posisinya berdekatan dengan kamar mandi, dan untuk menghindari jangan ada
lagi piring dan gelas yang pecah, maka si kakek dibuatkan piring dan cangkir
dari bahan baku kayu. Demikianlah si kakek sejak saat itu, makan harus
menyendiri ditempat yang berdekatan dengan kamar mandi. Setelah peristiwa
tersebut berlangsung beberapa lama, si anak yang masih berusia delapan tahun, ternyata
memperhatikan sikakek jadi semakin menderita, karena tidak pernah lagi
merasakan kebersamaan.
Suatu
saat si anak sengaja berada di depan rumah sampil mengosok-gosok selembar papan
pendek dengan sebuah pisau. Hari pertama orang tua si anak, baik ayah maupun
ibunya, tidak terlalu perduli dengan apa yang dilakukan si anak, mungkin mereka
pikir apa yang dilakukan si anak adalah untuk kegiatan pelajaran ketrampilan di
sekolah. Namun karena si anak melakukan hal yang sama selama berminggu-minggu,
sehingga ibunya bertanya pada si anak, untuk apa papan tersebut digosok-gosok
dengan pisau berhari-hari. Sianak menjawab dengan penuh hikmat, “ Mama, ini
papan saya persiapkan untuk menjadi piring mama nantinya, apabila mama sudah
tua seperti kakek” mendengar jawaban anaknya, sang istri tiba-tiba merasa
seperti terkena strom listrik, aliran darahnya mengalir deras sampai ke ubun-ubun
dan jantungnya berdebar, dan dalam benaknya langsung membayangkan dirinya dalam keadaan tua renta dan peyot, sedang
makan di samping kamar mandi, sebagaimana biasanya dia menyaksikan mertuanya sehari-hari.
Setelah
itu, sang ibu menangis sambil memeluk anaknya, dan selanjutnya mencari ayah
mertuanya untuk bersujud dan minta maaf.
Saudara
yang kekasih, hikmat dari Allah dapat menghasilkan pertobatan dan memberikan damai yang penuh
belas kasihan, sebagaimana yang tertulis dalam Yakobus 3, 17. “Tetapi hikmat
yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,
penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak
munafik”
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Hikmat juga
dapat memberikan perasaan seseorang untuk memaklumi suatu keadaan menjadi suatu
kebenaran, sekalipun dalam kenyataannya, keadaan tersebut belum sesuai
sebagaimana yang diharapkan. Illustrasi berikut ini mungkin dapat memberikan
pemahaman anda tentang hal ini;
Di
Pulau Papua, tepatnya di Papua Barat, ada sebuah keluarga Kristiani, tinggal
disebuah Desa yang belum memiliki fasilitas listrik (belum terjangkau PLN),
seorang anak yang masih sekolah menyampaikan maksudnya kepada Bapaknya dengan
diawali pertanyaan, “bapak?” “Tuhan itu baik toh”, “Tuhan itu maha pengasih kan
bapa?”, dan “Tuhan itu sanggup memberi apa yang kita butuhkan?”. Kalimat seperti
itu sudah terbiasa di ajarkan kepada si anak, ketika si anak di sekolah minggu.
Si Bapak mendengar pertanyaan anaknya, dengan perasaan syukur, karena anaknya
sudah dapat memahami arti kebaikan Tuhan, kemudian si bapak menjawab “o, iya” “Tuhan
itu sungguh amat baik anakku”. Kemudian si anak berbicara lagi sama bapaknya.
Kalau begitu bapak, mari kita berdoa minta kepada Tuhan agar matahari menjadi
dua, supaya saya dapat belajar juga pada waktu malam. Si bapak berfikir
sejenak, karena permintaan anaknya sangat sulit dijawab, si bapak memaklumi
bahwa anaknya belum mengerti batasan-batasan meminta atau memohon pada Tuhan. Kemudian
dengan hikmat si bapak menjawab, “anakku, coba lihat badan kita ini, dengan
satu matahari saja, kulit kita ini sudah sedemikian hitamnya, bagaimana nanti
kalau sampai matahari jadi dua, bisa-bisa kulit kita ini lebih hitam dan
kelihatannya seperti hangus”, “sudalah kita terima aja matahari cukup satu ya
nak?”, kalau masalah belajar, nanti bapak belikan lampu yang lebih terang.
Hikmat
yang ada pada bapak si anak tersebut, membuat si anak dapat memahami dan
memaklumi tentang keberadaan atau situasi yang terjadi, sekalipun si anak belum
mendapatkan apa yang dia inginkan.
Saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus,
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, sering kali kalau
hikmat jika sudah diperhadapkan dengan kepentingan materi atau uang, hikmat tersebut
menjadi sirna, maksudnya, kalau hikmat yang ada pada kita ketika diadu dengan
kepentingan materi, kita selalu memprioritaskan kepentingan materi dibanding
dengan yang lainnya. Saking hebatnya pengaruh kepentingan materi tersebut,
sampai muncul anekdot yang mengatakan bahwa uang/materi yang mengatur negara
ini dalam bahasa Batak disebut “hepeng do mangatur negara on”. Sering kita
kehilangan investasi kebahagiaan di dalam kehidupan keluarga kita karena lebih
memikirkan kepentingan materi. Illustrasi ini mungkin dapat memberikan inspirasi atau pemahaman pada anda;
Seorang ayah baru pulang dari kantornya dengan sepeda
motor sambil membawa laptop. Saat dia sampai dirumah, disambut oleh anak
sulungnya yang masih berumur 3 tahun. Si ayah meletakkan laptopnya di teras
rumah, seraya memarkirkan sepeda motornya ke garasi. Anaknya yang masih berumur
3 tahun tersebut, bermaksud membantu ayahnya untuk menyimpankan laptop bapaknya
ke meja dimana biasanya bapaknya meletakkan laptop tersebut. Begitu si ayah
melihat anaknya memegang laptopnya, secara tiba-tiba si ayah marah luar biasa
sama si anak, melarang anaknya memegang laptopnya karena takut jatuh dari
tangan si anak. Si ayah berpikir kalau laptopnya terjatuh, akan keluar uang yang
cukup besar untuk memperbaiki atau mengganti laptop tersebut yang saat itu
harga laptop memang cukup mahal. Mendengar si ayah marah sambil berteriak, si
anak ketakutan luar biasa. Gara-gara peristiwa itu, si anak selalu takut
menolong siapapun, dan akibat trauma ketakutan tersebut, si anak menjadi anak
yang introvert dan selalu menyalahkan diri sendiri dalam situasi apapun dalam
perjalanan hidupnya. Si ayah kehilangan investasi kebahagiaan, karena si anak selalu
tidak berani tampil dan selalu mengurung diri pada siapapun, termasuk pada
ayahnya tidak berani lagi bertanya atau meminta apapun yang diinginkannya.
Saudara yang kekasih, Tuhan Yesus yang adalah Fiman, yang
diutus oleh Tuhan Allah untuk kita, menjadi hikmat bagi kita. dan hikmat itu kita memiliki, bukan karena kehebatan ilmu
pengetahuan kita dari sekolah yang cukup tinggi, atau karena kita memiliki
materi yang cukup banyak di dunia ini, melainkan karena Tuhan Allah mengasihi
kita.
Dalam bermasyakat, dan menjaga hubungan dengan sesama, apapun
posisi kita, seperti apapun keberadaan atau eksistensi kita, kita harus ingat
bahwa kita sudah diberi hak untuk menerima hikmat dari Tuhan Allah untuk dapat
berperan aktif dalam masyarakat atau lingkungan kita.
Rasul
Paulus menyampaikan bahwa dalam menjalin hubungan dengan sesama, hubungan dalam
lingkungan masyarakat, kita harus dikuasai oleh kekuatan kasih karunia Allah,
sehingga kita melaksanakan dengan ketulusan dan kemurnian melalui hikmat Allah,
bukan hikmat duniawi (II Korintus 1, 12)
Saudara
yang terkasih,
Yesus
Kristus yang adalah firman, menjadi hikmat bagi kita, sehingga kita yang sudah
menerima kristus Yesus, juga memiliki kemampuan membedakan himat dunia
dengan hikmat Allah, dan juga memiliki kemampuan
melawan hikmat dunia ini. Firman Tuhan sebagaimana tertulis dalah Alkitab,
menjadi pedoman hidup kita, seperti tertulis dalam II Timoteus 3, 15 yang
menyatakan “ Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau
sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun
engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus “
Firman Allah harus tetap menjadi pegangan
hidup kita, yang merupakan hikmat bagi kita untuk menuntun kita kepada
keselamatan, sebab kita sudah dibenarkan Allah karena iman kita dalam Yesus
Kristus, dan kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, oleh karena Tuhan
kita Yesus Kristus (Roma 5,1)
Sebagai orang yang berhikmat, mari kita tingkatkan
pelayanan kita di Dunia ini, demi kemuliaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Bapa Sorgawi. Amin.
Pekanbaru, Medio Maret 2014
Ir. Roland Hutajulu