Kamis, 13 Oktober 2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN RI NOMOR 62

MENYOAL PERATURAN MENTERI KEHUTANAN RI
NOMOR 62 TAHUN 2011DAN NOMOR 64 TAHUN 2011
ROLAND HUTAJULU

Dapat dimaklumi bahwa kebutuhan akan lahan untuk pertanian dan perkebunan, akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk di Negara kita Indonesia ini. Maka tak pelak lagi apabila kawasan hutan yang nota bene masih dianggap sebagian orang adalah kawasan yang tidak bertuan, semakin hari semakin banyak orang yang merubah fungsi kawasan hutan ini, menjadi kawasan pertanian, perkebunan, pemukiman dan kawasan non hutan lainnya. Permasalahan ini harus disikapi oleh Pemerintah secara bijak dengan tetap berpedoman kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Salah satu persoalan lahan didalam kawasan hutan saat ini adalah, munculnya pemberian izin usaha pertanian atau perkebunan oleh Bupati dan Gubernur, yang sepenuhnya belum mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, dimana untuk membuka kebun di kawasan hutan, diwajibkan harus ada izin pelepasan kawasan dari Kementerian Kehutanan.

Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar pemberian izin usaha perkebunan dan pertanian yang diberikan oleh Gubernur/Bupati tersebut, didorong oleh kepentingan tertentu, sehingga Gubernur dan Bupati tidak memiliki kemampuan untuk memperhatikan semua aspek yang seharusnya menjadi pertimbangan Gubernur atau Bupati selaku kepalah Daerah.

Sebagai contoh saja di Kalimantan Tengah ada 3,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit yang berada dalam kawasan hutan produksi yang hanya mengandalkan ijin Bupati tanpa ada ijin pelepasan dari Kementerian Kehutanan (Sumber Majalah Tropis Edisi 06/ Tahun IV-2011).

Kondisi ini ternyata sejalan dengan rekomendasi laporan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dimana BPK menyatakan bahwa banyak izin-izin perkebunan yang diterbitkan oleh para Gubernur/Bupati ternyata melanggar peraturan, dan BPK merekomendasikan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya (Sumber REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Senin, 26 September 2011).

Pemerintah memang sudah mulai menjalankan komitmennya untuk menegakkan hukum di Negeri ini, dan sudah mulai ada pelaku pelanggaran/perambahan kawasan hutan ini, yang sudah sampai ke ranah hukum, bahkan sudah sampai kepada keputusan tetap (Inkrah) dari Mahkamah Agung RI, seperti contoh masalah perambahan di kawasan hutan Register 40 di Padang Lawas Sumatera Utara, namun sampai saat ini Pemerintah belum punya kemampuan untuk melakukan eksekusi atas keputusan Mahkamah Agung RI tersebut.

Adanya komitmen Pemerintah untuk melindungi lingkungan dan menjaga kelestarian hutan, dan juga menegakkan hukum terhadap perusak hutan, sebagaimana terlihat dari Keptusan Presiden Nomor 16 tahun 2011, dan Instruksi Presiden nomor 10 tahun 2011, maka para pelaku pengusaha kebun khususnya yang berskala besar yang berada dalam kawasan hutan, sudah mulai was-was.
Kondisi yang berkembang di kawasan hutan, nampaknya sudah mulai disikapi oleh Kementerian Kehutanan secara bijak. Menteri Kehutanan ingin mengambil kebijakan agar keberadaan kawasan hutan tidak berkurang dan berusaha memberikan solusi kepada pengusaha perkebunan di kawasan hutan, sehingga Kementerian Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.62/Menhut-II/2011, Tentang Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Berbagai Jenis Pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan kayu Pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) Tanggal 25 Agustus 2011. Permenhut ini menyebutkan kelapa sawit dianggap sebagai tanaman industri (pohon berkayu).

Peraturan Menteri Kehutanan ini, merupakan anugerah yang sangat besar bagi pelaku atau pengusaha perkebunan khususnya perkebunan yang berskala besar yang lokasi perkebunannya berada dalam kawasan hutan, sebab dalam BAB III di Pasal 8 Permenhut tersebut, berbunyi “Dalam hal pembangunan perkebunan yang telah diterbitkan izin oleh Gubernur atau Bupati/Walikota berdasarkan Undang-undang nomor 22 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 dan berada dalam kawasan hutan Produksi, izin usaha perkebunan tersebut dapat dialihkan menjadi usaha tanaman hutan berbagai jenis 

Setelah keluar Peraturan Menteri Kehutanan RI ini, banyak yang Pro dan Kontra. Tentunya yang pro sudah pasti para pelaku perkebunan di kawasan hutan. Dan yang kontra adalah para pemerhati lingkungan. Alasan pemerhati lingkungan menolak Permenhut ini adalah, perubahan kawasan hutan menjadi kebun sawit, yang selama ini masih dilarang atau harus ada pelepasan dari Menteri Kehutanan saja, sudah terjadi perambahan mencapai jutaan hektar, apa lagi jika pemerintah memperbolehkan tanaman sawit dan tanaman perkebunan lainnya bisa ditanam di kawasan hutan tentunya akan semakin besar perubahan hutan menjadi kebun sawit.

Sangat disayangkan Kementerian Kehutanan didalam menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.62/Menhut-II/2011ini, tidak tegas dan tidak jeli mencari alasan yang tepat atau mencari dasar pertimbangan  yang jelas untuk menetapkan Peraturan Menteri ini, yang justru menggunakan dasar Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007, Undang-undang nomor 5 Tahun 1990, dan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, dimana dalam Undang-undang dan Peraturan tersebut, bertentangan dengan isi Permenhut P.62/Menhut-II/2011 antara lain ; (1) bahwa kelapa sawit sampai saat ini secara ilmiah belum dapat digolongkan sebagai Hutan kayu, dan (2) adanya perubahan ekosistem yang cukup mendasar (seperti pembukaan lahan hutan dalam jumlah luas), secara substansial justru tidak diharapkan dalam UU/41 Tahun 1999 dan UU/5 Tahun 1990.

Berhubung Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.62/Menhut-II/2011ini, masih memiliki kelemahan yang sangat berarti, maka pada Tanggal 26 September 2011, Kementerian Kehutanan, mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.64/Menhut-II/2011, tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.62/Menhut-II/2011.

Kalau kita mengamati lebih cermat, dan memperhatikan dari berbagai aspek, degradasi hutan di Indonesia ini sudah sangat memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah dan Instansi terkait. Penegakan hukum yang didengung-dengungkan oleh Pemerintah sampai saat ini, belum dapat menyentuh kepada ketaatan dan kesadaran masyarakat untuk tidak merusak hutan atau tidak merubah hutan menjadi kebun, namun bila hal seperti ini masih dibiarkan, maka apa yang dilakukan oleh Gubernur, Bupati dan Masyarakat yang selama ini disebut pelanggaran, dapat menjadi keputusan dan kebijakan yang normatif, untuk itu perlu dilakukan kebijakan yang arif oleh Pemerintah pusat, yang mempertimbangkan semua aspek dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan yang baru, yang tetap mengutamakan aspek keselamatan lingkungan, dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat luas.

Ada baiknya misi Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.62/Menhut-II/2011yang sudah dicabut ini, perlu dikaji ulang lagi dengan mempertimbangkan berbagai aspek, dan harus dapat menjadikan efek jera bagi perambah hutan illegal dikemudian hari. Alasan keterlanjuran jangan dijadikan alasan untuk melegalkan kesalahan, atau pelanggaran hukum yang dilaksanakan selama ini. Penegakan hukum sesuai Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku tetap harus dijalankan dengan konsisten, namun sebagai tindak lanjut bagi pengelolaan usaha perkebunan yang sudah menjalani keputusan hukum tetap (inkrah) perlu di lakukan secara arif dengan tetap memberdayakan pelaku atau pengusaha yang dinyatakan bersalah tersebut.

Mungkin salah satu cara dan upaya agar perkebunan yang berada di kawasan hutan dapat dilanjutkan secara arif, adalah dengan cara melibatkan pemerintah secara langsung berperan aktif melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Kehutanan, dalam bentuk usaha Patungan dengan Perusahaan tersebut, dimana Perusahaan sebelumnya dapat melanjutkan usaha perkebunan bersama-sama dengan BUMN sampai masa daur selesai, dan BUMN yang bertanggung jawab untuk merehabilitasi kawasan tersebut, kembali menjadi hutan agar sesuai dengan fungsinya. Dengan cara ini, maka keinginan Pemerintah (Kementerian Kehutanan) untuk tetap mempertahankan kawasan hutan, dapat tercapai sesuai dengan harapan kita bersama.

Kalau boleh, untuk mengajak kita semua, merenungkan dan membayangkan kondisi alam dan hutan kita ke depan. Jika perambahan atau perubahan fungsi hutan menjadi kebun sawit atau kebun lainnya, masih tetap seperti saat ini, dan tidak terkendali, maka betapa malangnya anak cucu kita kelak. Jika yang terlanjur salah masih dapat kita perbaiki bersama, niscaya anak cucu kita akan bangga dengan kita sebagai orang tua yang bijak yang dapat mewariskan lingkungan yang terbaik bagi mereka.

-----00000-----

Rabu, 20 Juli 2011

Teknologi Pembuatan Vener dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dapat Menjadi Penyelamat Hutan


Kebutuhan atas Panel kayu lapis semakin lama semakin meningkat, namun sangat disayangkan bahwa bahan baku untuk mendukung produksi kayu lapis tersebut sudah tidak bisa diharapkan lagi dalam bentuk log (kayu bulat) yang selama ini bersumber dari hutan alam maupun hutan tanaman. Oleh karena itu perlu penciptaan substitusi (pengganti) bahan baku yang bukan berasal dari kayu.

Salah satu arahan Menteri Kehutanan kepada Direksi BUMN Bidang Kehutanan adalah melakukan evaluasi pemanfaatan kayu sawit sebagai bahan baku alternatif bagi industri perkayuan termasuk industri plywood.  BUMN Kehutanan akan membangun industri plywood dengan memanfaatkan teknologi pengolahan kayu sawit yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Hasil Hutan, setelah berhasil melakukan uji coba.

Keberhasilan dalam kegiatan Uji Coba ini menginspirasikan kepada penciptaan nilai tambah (Added Value) sesuai dengan pelaksanaan strategi BUMN Kehutanan yang sedang berkonsentrasi dalam menjalankan proses radical change yang efektif, efisien dan profesional, melakukan Pemetaan Pasar Lokal dan Internasional serta dalam rangka melakukan Diversifikasi Usaha.

BUMN Kehutanan dapat bekerja sama dengan BUMN Perkebunan, untuk membangun sebuah industri Plywood yang berbahan baku limbah kayu sawit dan kayu. Karena bagi BUMN Perkebunan, dengan adanya pengembangan teknologi pengolahan batang kayu kelapa sawit sebagai bahan inti plywood, tentu saja ini merupakan sebuah solusi bagi perusahaan perkebunan, baik besar maupun kecil yang akan melakukan kegiatan replanting. Betapa tidak, selain dapat meminimalisasi biaya replanting, yang ramah lingkungan, hal ini juga dapat memberikan income tambahan bagi pemilik kebun karena batang pohon sawit memiliki nilai jual.
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan Industri Plywood yang berbahan baku limbah pohon sawit  

·      Dapat meningkatkan pendapatan usaha dan keuntungan bagi BUMN Kehutanan, maupun BUMN  Perkebunan
·     Merupakan pengembangan teknologi produksi kayu lapis dari kayu sawit sebagai produksi yang ramah lingkungan.
·     Dapat menciptakan nilai tambah dari limbah kayu sawit menjadi barang yang memiliki nilai jual, yakni produk panel kayu lapis.
·       Sebagai solusi dalam memperoleh substitusi bahan baku kayu untuk mendukung industri Plywood sekaligus penyediaan produk plywood sebagai bahan dasar industri turunannya (Industri mebelair, Interior dan lainnya).
·    Menghidupkan kembali Industri Plywood yang telah mati / yang tidak beroperasional karena kesulitan bahan baku, membuka kerja dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat di sekitar, dalam rangka pembangunan ekonomi daerah serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).


Kamis, 17 Maret 2011

ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA (Bag. IV)

ULAON PANGOLIHON ANAK/PAMULIHON BORU DIBAGASAN ADAT BATAK TOBA
NASOMAL DIULAHON DI PARSERAHAN 
Ir. Roland Hutajulu



 SAMBUNGAN

5.3.5 MASISISEAN  


Raja parhata ni parboru manghatahon hata ni pinggan panungkunan. Dungi disungkun Raja parhata ni parboru ma Raja parhata ni paranak taringot tu sangkap dohot tujuan ni ulaon i.

Adong dua versi laho manghatahon pinggan panungkunan, parjolo jolo disungkun raja parhata (Parsinabung) Parboru, taringot tu sintuhu ni idahan masak, manang hata ni sipanganon, dungi dialusi raja parhata ni paranak, sidung dialusi, dihatahon parsinabung ni parboru ma hata ni pinggan panungkunan.

Versi na paduahon, raja parhata ni parboru, langsung manghatahon hata ni pinggan panungkunan, sidung i, disungkunma muse hata ni indahan masak, dohot udut na.

Ditingki masisean, laho manghabit tingki, molo tung boi usul, unang pola be adong namasirenggetan baik pihak paranak, songoni nang pihak parboru, asa cukup tingki tu acara namangihut.

Tar songon on me partording ni na masisean di ulaon unjuk :

Parboru :

Parjolo ma ta pasahat mauliate tu Amanta Debata ala asi dohot holong ni rohana, na mangiring‑iring hita saluhutna sian angka ingananta be ro tubagas gedung on dibagasan hahipason dohot dibagasan las ni roha.

Hamu raja ni pamoruon nami …….(Didok marga ni Paranak)
Ba nunga dison nuaeng dipasahat hamu pinggan panungkunan  na hot di hudulanna, sai hot ma tutu di hita pasu-pasu ni Amanta Debata pardenggan basai, jala saut ma songon hata ni umpasa,
Didolok ma parbubuan, ditoruan partanggalan
Hot ma songon pulo, tingkos songon parsihodoan
Di sude asi ni roha ni Tuhan ta, songoni hot nang hita di angka panggabean nang parhorasan

Peak di atasna napuran tiar napuran na rata, napuran mauliate, sai tiarma panggabean, tiar nang parhorason dihita namarhula-marboru, sai rata ma antong di hita angka pansamotan tu joloan on. Jala tong-tong hita mandok mauliate tu Amanta Debata di asi dohot denggan basana naung pinasahatna tu hita.

Adong huhut dison parbue santi, parbue siribur-ribur, parbue sipir ni tondi, asa anggiatma sakti madingin, sakti matogu angka pomparanta, torop maribur huhut matangkang majuara, songoni nang tu hita na dison sai saut ma songon hata ni umpasa, namandok, pir ma pongki bahul-bahul bahen salongan, sai pir ma tondinta be sai martamba-tamba ma pangomoan.

Laos adong dison ringgit sitio soara, sipalas roha ni na torop songoni nang amanta raja, sai tio ma parnidaan di hita, tiur nang parsaulian, sai martamba ma angka las ni roha di hita tu joloan on, asa silan-lan uruk-uruk, tu silan-lan aek toba, dakdanak ndang marungut-ungut, namagodang tong-tong marlas ni roha
Sai lam tu tio na songon baba ni mual, tu rondang na songon bulan, tu tiur na songon mata nia ari,  parngoluonta to joloan di arion.

Songoni muse peak di atasna juhut tanggo-tanggo na bolon, asa togu jala tanggo ma dihita partuturon na marhula -mar boru sadarion nang tu joloan on.

Jadi amang raja ni pamoruon nami, asa nuaeng pe na manungkun ma hami nuaeng jolo taringot tu sipanganon na pinasahat mu tu hami,

Diama langkatna, dia ma unok na
Dia ma hatana, diama nidokna
Tangkas ma paboa hamu raja ni boru

Paranak :
Ima tutu Raja nami, adong do hata ni natua-tua namandok :
Marbau tanduk, marbau holi-holi raja nami
Godang sibutong-butong, otik sipir ni tondi
Taringot disipanganon nahupartupa hami rajanami,
Sititi ma sihompa, tolop palu-paluna
Otik sosadiape ma hupatupa hamii, sai mangkorhon pasu-pasu mai dihita on saluhutna

Ia dung dipaboa hamu nangkin naung bosur hamu mangan indahan na las, sagat marlompan juhut. Sai pamurnas mai tutu tu daging, saudara mai tu bohi. Si pasindak panaili mai, sipaneang holi-holi
Sipalomak imbulu mai, sipaulak hosa loja

Asa rittar ma songon bonang digala, sakumpal salabean
Horas ma angka raja dohot inanta soripada namanganton, tu gabena ma hami, namangalean

Sai gabe ma na taulai rajanami, asa adong habosurhononta,
Jala sai sinur ma pinahan na tapahani, asa adong hasagathononta muse raja nami
Jadi dihuhuasi ni sipanganon na hupa tupa hami i raja nami Panggabean, parhorason do raja nami

Parboru :
Mauliate ma tutu di hamu raja ni pamoruon nami, na paboahon huhuasi ni sipanganon, ima panggabean parhorason, asa bagot na marhalto ma tutu na tubu dirobean, horas ma amanta Raja dohot Inanta soripada na manganton, lam tu gabena ma hamu pamoruon nami  namangalean.

asa hundulma songon anian, jongjong songon pangurgasan
mardapot-dapot ma dihamu angka parsaulian songonni nang diparhorasan

Tusanggar ma amporik, tu lubang ma satua
Sinur ma pinahan, lam tugabena angka naniula

Asa lomak ma silinjuang lomak sonibaboan, tu dia pe hamu mangalangka tong-tong ma dapotan pangomoan

Alai raja ni pamoruon nami, ia marangkup do ninna nauli, mardongan do na denggan, siangkupna songon na hundul, sidongan songon namardalan.

Asa tangkas ma uju purba, tangkasan ma uju angkola
Tangkasma hamu maduma. Tangkasan nang mamora

Tangkas ma songon adian, marsipatudu songon dalan
Asa tung tangkas ma hita di parsaulian, tangkas nang di panggabean

Sitangkas ni panggabean dohot parhorason, ba tung tangkas ma paboa hamu ma raja ni boru.

Paranak :
Ima tutu rajanami, ia manangkasi ma hamu di siangkupna songon nahundul, sidongan songon na mardalan

Asa tangkas ma tutu jabu suhat, tangkasanma jabu bona
Tangkas ma hita maduma, tangkasan nang mamora

Sitangkas ni panggabean parhorason  paboaon ma tutu raja nami

Di ari nauli di bulan nadenggan on, di parnangkok ni mataniari, nasogot nunga rap udur hita mangudurhon anak nami, nagabe hela muna, dohot borumuna na gabe parumaen nami tu bagas joro ni Tuhanta laho manjalo pasu-pasu parbagason sian Tuhanta marhite-hite naposoNa.

Dibagasan sadarion ma nian raja nami asa rap ma hita manghalashon dohot mamestahon pardongan saripeon nasida, jala laos dibagasan sadarion ma naeng pasahaton nami tu hamu raja ni hula-hula nami panggohi ni adat nagok, ima songon somba ni adat dohot somba ni uhum nami tu hamu hula-hula nami.
Asa manggabei ma amanta raja, dohot inanta soripada, mangido nang ditangiangmu hula-hula nami, asa mamasu-masu nang hamu tu sude hami pamoruon muna, lumobi tu anak nami na gabe hela mu dohot boru mu nagabe parumaen nami.

Anggiat  saut songon hata ni umpasa :
Napuran ni parsoburan ma, tu gambir ni sitapongan
Sai tong-tong ma nasida sauduran, jala tong-tong masihaholongan

Duru ni hamuma ninna, hatubuan ni sangge-sangge
Sai marongkap ma nasida tutu sahat tu na saur matua, huhut horas jala gabe

Asa giring-giring ma gosta-gosta, marborasma singkoru
Tibu ma nasida mangiring-iring, jala marompa-ompa, di anak dohot diboru

Molo tung boi pangidoan tu Amanta namartua Debata,
Saut songon hata ni umpasa;

Mangkuling ma taganing, rap dohot palu-paluna
Tibu ma nasida marabing-abing, jala baoa ma buha bajuna

Sai siganjang umur ma antong nasida sigodang pinompar tu joloan ni arion.

Jadi songon ima raja nami, disiangkupna songon nahundul, sidongan songon na mardalan, diulaonta sadarion, sitangkas ni panggabean dohot parhorason.

Parboru :
Ima tutu raja ni pamoruon nami, nunga di paboa hamuna, siangkupna songon na hundul, sidongan songon na mardalan, na manjalo pasu-pasu parbagason do boru nami dohot hela nami, laos dipaboa hamu naeng pasahaton muna adat nagok tu hami, ba hami pe dohonon nami do, sai rongkap na saur matuama boru dohot hela nami i, Masibar nasida songon ambalang, marrokkap songon tuak. Sai jumpang songon hata ni umpasa, Dangka ni arirang toho ditonga ni onan, badan nasida naso jadi sirang, tondi nasida tong-tong masi gomgoman.
Hauma ni parsambilanma, jonok tu pargadongan, sai tongtong ma nasida dapot parsaulian, songoni nang angka paradongan.
Asa tubuan lak-lak, tubuan singkoru, solotan bunga-bunga.
Tubuan anak ma nasida tubuan boru, dongan nasida sari matua

Asa tubu ma tambincu, jonok tu bona ni pinasa, Dilehon Debata ma di nasida anak nabisuk dohot boru na uli basa.

Taringot dipasu-pasu na naeng sipasahaton nami tu hamu pamoruon nami, pos ma rohamu raja ni boru, aek natio riong-riong di pinggan pasu, hula-hula na basa do hami, na ringgas mamasu-masu.

Jadi dihamu raja ni pamoruon nami, asa nuaeng pe hulehon hami ma tingki tu hamu, laho pasahathon angka dia ma naso gok dope na naeng sipasahaton mu. Piga ma horbo, asa pintor binoan batahi laho mangalai, sadia godang ma mas dohot sere, asa pintor pinarade hajut nami laho ingananna, jala sadia godang ma ringgit sitio soara, asa pinarade ingananna. Nunga rade hami manjalo.

Paranak :
Mauliate rajanami,
Jadi songon i nang di hamu amanta Raja, inanta Soripada, dihamu dongan tubu, boru/bere, dongan sahuta, suang songoni nang hamu horong ni hula‑hula dohot tulang nami, di minggu minggu nasalpu  nadi tanggal......  nunga hupatupa hami ulaon marhata sinamot (pudun saut), jala ombuk tu panghataion di na marhata sinamoti, godang ni sinamot sipasahaton nami tu hula‑hula nami (didokma margani hula‑hula i) godang na Rp. .......rambu pinudun,  si rambe manis. Ia patujolo manang  bohi ni sinamot godangna Rp........  nunga hupasahat hami tu Raja ni hula‑hula nami. Jadi nanaeng sipasahaton nami apala di ombason ima songon panggohi ni sinamot godangna Rp. ................
(dipasahat ma panggohi ni sinamot tu Parboru)

Parboru :
Di hamu raja ni pamoruon nami ala naung dipasahat hamu, pangohi ni sinamot, onpe nuaeng, songon pangkataionta di tingki marhata sinamot, pasahat hamu ma todoan/panandaion tu suhi ni ampang na opat ima
tu simandokhon

catatan :
Songon naung di hatai ditingki na marhata sinamot, ia panandaion tu parboru dipasada mai, alai jolo digoari ma sada‑sada.

Dung sidung i dipasahat paranak dohot parboru ma tin-tin marangkup tu tulang ni pangoli.


Dialusi tulang ni pangoli ma tar songon on ma, didok : Mauliate ma dihamu dongan parhundul nami Raja ..... ( laos didokma marga ni parboru i) nunga di pasahat hamu jala nunga hujalo hami deba sian sinamot ni borutta i, ima tutu sisada boru ma hita mulai sadari on, mauliate.
(Sipata sai didok tulang ni pangoli do hata tu boru muli,  berupa nasehat dohot hata  pasu-pasu)

Catatan :
Tintin marangkup sian suhut paranak dohot sian suhut parboru do i. Mardos ni roha ma nasida tarsingot di godang na.

Parboru :                                                                                                                  

Dipasahat paranak ma sada-sada.

Parsinabung  Parboru:
Mauliatema ala naung sude hami ditanda hamu, ba nuaeng songon naung, tatolopi di na marhata sinamot taringot tu ulos herbang, pasahaton nami ma tu hamu godang na ......  lembar. Mangarade ma hamu.

Mauliate ma di hamu Raja nami. Pasahat hamu ma.
Parjolo ma pasahat hamu ulos pansamot tu natoras ni anak nami/ hela muna.

Contoh pasahat Ulos Pansamot;

Di hamu, pamoruon nami marga …………………, di son ro do hami hula-hula mu ( ……………………) laho pasahat ulos na ganjang, ulos si torop rambu, sai ganjang ma tutu umur muna su de hamu keluarga …………, torop maribur angka pinompar mu huhut matangkang majuara. Saut songon hatani natua-tua namandok,
Hau simartolu, di dolok ni panamparan, sai leleng ma hamu mangolu, penggeng saur matua, huhut dihaliangi pomparan.
Andor halungkang ma togu-togu ni lombu, andor rantiti togu-togu ni horbo
Sai nang-nang ma hamu saur matua, patogu-togu pahompu, sahat tu namar nini, sahat tu namar nono.
Naeng pasahatonkuma ulos pansamot tu hamu,
Sai samot ma angka parsaulian, samot angka panggabean, songoni nang diangka parhorasan.

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu bontean
Hupasahat uloson tu hamu, sai sahat ma hamu leleng mangolu, sahat tu panggabean, sahat tu parhorasan. botima

Paranak :
Pasahat hamu ma muse ulos hela, dohot udut na  songon naung ditolopi dina marhata sinamot

Contoh pasahat ulos hela (Ulos tu Penganten);

Tama do pasahatonta puji-pujian dohot mauliate tu Amanta Debata Pardenggan basa I, ala naung dipaloas anak dohot boru ni huria i laho manjalo pasu-pasu parbagason, ima tu hamu nadua. Asa nang sian hami pe hula-hula muna mangido nang tu Amanta Debata diangka pasu-pasu tu hamu nadua (penganten).

Tong-tong ma hamu nadua sauduran tu dolok tu toruan, marrongkap ma tutu hamu sahat tu na saur matua. Asa tudos ma songon hata ni umpasa namandok, napuran ni parsoburan tu gambir ni Sitapongan, sai tong-tong do hamu sauduran jala tong-tong masihaholongan. Asa dangka ni arirang ma peak di tonga onan, badan muna naso jadi sirang, tondi muna tong-tong masigomgoman.
Tali pintu tolu, bahen ihot ni ogung oloan, sai leleng ma mangolu, jala satahi saoloan.

Mamasu-masu ma antong Tuhanta di hamu na dua (boru, hela, …………………..) di oloi Tuhan ma angka tangiang dohot pangidoan muna, dilehon hagabeon dohot parhorason di hamu, saut songon hatani natua-tua namandok; Tubu ma singkoru, jonok dilambung ni tandiang, sai anggiat ma hamu togu marurat tu toru, tongam mardangka tu lambung, jala singkop marbulung tu ginjang.
Tubuan lak-lak ma tubu singkoru di dolok ni purba tua, tubuan anak ma hamu tubuan boru, dongan mu sahat tu na saur matua.

Asa jong-jong sopo ijuk, pa adop-adop ruma gorga. Dilehon Debata ma di hamu anak nabisuk dohot boru namarroha.

Binsar ma mataniari, poltak ma mata ni bulan. Dilehon Debata ma di hamu anak namalo mancari dohot boru na boi paulaean

Bintang na rumiris, tu ombun na sumorop. Maranak ma hamu sir-sir, marboru pe antong singkop

Asa lomak ma silinjuang, lomak so nibaboan. Tu diape hamu mangalangka tusi ma dapotan pangomoan.

Eme sitamba tua ma, na tubu ditano nahornop. Debata do silehon tua, horas-horas ma hamu tong-tong diparorot.

Asa nuaeng pe sahat ma pasahaton nami uloson tu hamu, songon hatani umpasa ma dohonon ku;
Sahat-sahat ni solu ma, sahat ma tu bontean. Hu pasahat hami uloson tu hamu, sahat ma hamu leleng mangolu, sahat tu parhorasan, sahat tu panggabean. Botima


Paranak :
Pasahat hamu ma muse ulos na marhadohoan, (digoari paranak ma sada-sada, angka sijalo ulos, songon naung dihatai hian).

Parboru :

Sude ma antong horong parboru na talup pasahat ulos holong tu pengantin dohot sian horong hula‑hula dohot tulang. Urutan ni na pasahat ulos sian na sumolhot ma parjolo.

Dung sidung i digorahon paranak ma muse tu horong hula‑hula dohot tulang nasida atik beha adong na naeng sipasahaton nasida tu pengantin.

Di usahahon ma na pasahat ulos herbang holan sian na solhot, sian na homolang boi ma di ganti dohot hepeng dibagasan amplop.

Dung sidung dipasahat ulos herbang, mardalan ma  ulos tinonun sadari sian pihak parboru tu pihak paranak. Sesuai usul asa dipasada ma tu sude pihak paranak diluar ni horong ni hula-hula/tulang ni paranak.

Parpudi dipasahat parboru ma muse tu Protokol, Parsinabung, dohot jambar torop (Raja naginokkon).

Sipata sai dipangido paranak do ragi-ragi sian parboru, tu horong ni hula-hula dohot tulang ni paranak.

5.3.6 ULOS NAMARHADOHOAN

Na jolo di Bona Pasogit di ulaon pangolihon anak/pamuli boru ulos na wajib si jaloon ni paranak holan  5 lembar do.


Songon on ma nian hapeahan ni ulos i :

Taringot ulos na dua nai, hasuhuton ma mangatur hapeahanna. Molo pinarateatehon partording (metode) parbagian ni ulos i, nunga sejalan i dohot parbagi ni ulos na pinungka ni ompu ta si jolo‑jolo tubu. Lapatanna : paling tidak nunga mewakili partording ni partuturon i manang keluarga. na manjalo ulos.

MARHATA SIGABE – GABE

Di PARSERAHAN on, ndang hea dope binereng dipatupa, marhata sigabe-gabe, dengan alasan ndang adong be tingki, hape makna ni ulaon adat i sabotulna ditingki namarhata sigabe-gabe i do.

Molo boi usul, tapamasa maon di hita nadi PARSERAHAN on.

Dung singkop na pasahat ulos na marhadohoan dohot ulos holong songoni nang ulos tonunan sadari, sahat ma tu na marhata si gabe ‑ gabe. Parjolo ma sian horong parboru dungi sahat ma tu horong paranak, jala parpudi mangampu ma suhut sihabolonan paranak (natoras ni pangoli manang na mewakili).

Parjojor ni namandok hata sigabe ‑ gabe tarsongon onma :

Pihak Parboru

Horong, hula‑hula/tulang. (boi do di tontuhon sahalak na mewakili sian hula‑hula ni parboru, dung jolo di alap nasida hata sian horong hula‑hula dohot tulang). Sahalak utusan ni boru / bere. Sahalak utusan sian dongan sahuta, Sahalak sian dongan tubu, Sahalak sian paidua ni suhut, Suhut sihabolonan (natoras ni boru muli)

Pihak Paranak :
Dos ma urutanna songon na mandok hata sian pihak parboru. Dung sidung sude, suhut sihabolonan (natoras ni pangoli) mangampu hata sigabe‑gabe (hata na u1i, hata denggan) dohot mandok mauliate tu sude na torop.

Dung sidung mandok hata sigabe-gabe, mangampu ma hasuhuton bolon

Hata pangampuon :
Amanta Raja Inanta Soripada, mauliate malambok pusu ma hupasahat hami, tu hamu Raja ni dongan tubu, Boru, Bere/Ibebere, Raja ni dongan sahuta, Ale-ale, Pariban, Pangula ni Huria, lumobima di hamu Raja ni Hula-hula nami, Tulang, ro di sude namangkaholongi hami. Nunga tung jojor hamu songon namarsuan, jala ris songon namanabur boni,  laho pasahat hata na uli, hata panggabean, parhorason, di hami hasuhuton, lumobi ma tu anak dohot parumaen nami.  Asa nuaeng pe dohononku ma songon hatani natua-tua.

Naung sampulu pitu, jumadi sampulu ualu
Hata pasu-pasu, hata nauli, panggabean nang parhorasan na pinasahat muna, boanon nami ma i martonga-tonga jabu
Sai ampu mai di ampuan nami, tuak mai di abara nami, jujung di simajujung nami, peak di abingan nami

Turtu ma ninna anduhur, tio-tio ma ninna lote
Hata na uli, panggabean dohot par horason na pinasahat muna i, sai unang ma muba, unang ma mose

Songgop ma siruba-ruba, tu dangka ni hapadan
Angka hata na uli, hata pasu-pasu muna, sai dijangkon tondi nami mai dohot badan

Tingko ma inggir-inggir bulung nai rata-rata
Angka hata pasu gabe naung pinasahat muna, pasauthon ma Amanta Debata


5.3.8 PANGUJUNGI

Dung sidung mangampu suhut bolon paranak, di pasahat Raja parhata ni paranak ma muse tu pihak parboru laho mangunjungi ulaon. Andorang so ditutup hula‑hula ulaon i, digorahon Raja parhata ni parboru ma tu suhut paranak dohot tu suhut bolon parboru, asa di lehon nasida uang olop‑olop.

Dung dipadomu (dipasada) raja parhata ni parboru olop­olop nasian paranak dohot parboru i, dilehon ma tu Raja Huta (Dongan sahuta ni suhut sesuai di alaman ni ise ulaon i). Didok raja huta ma hatana andorang so dibagi olop-olopi.
Dihamu suhut nami, nunga tung tangkas pinaihut-ihut ulaonta on, sian nasogot sahat tu botarion, tama do hita mandok mauliate tu Debata Pardenggan basa I, ala asi dohot holong ni rohaNa do, dibahen naboi ture jala denggan mardalan ulaon taon. Saut ma tutu songon hata ni natua-tua :

Balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan, Saut ma hita horas jala gabe ala nunga denggan hita masipaolo-oloan.
Asa Uli ma ninna porda, pandohotan ni hulamot
sai tong-tong ma hita dapotan uli dohot las ni roha, laos mangihut ma dohot sinamot
Simbora ma guk-guk, peak di lage-lage, Mamora ma hita on luhut, horas jala gabe
Asa Silalan uruk uruk tu silallan aek toba, Nametmet ndang marungut‑ungut na magodang sude marlas ni roha,
Laos digorahon Raja huta ma muse asa sude natorop i mandok olop, olop, olop (3 hali).
huhut disabur hon boras sipir ni tondi.
Marlapatan asa sude natoropi mangolophon nauli dohot na denggan, disude angka pasu‑pasu na pinasahat ni angka Raja. Dungi pe asa diparis uang olop‑olop i tu horong
paranak dohot parboru.

Dung sidung i ditutup hula‑hula ni parboru ma dohot ende di uduti dohot tangiang.

Di PARSERAHAN on sai dipatupa do ulaon sadari, ima paulak une (mebat) dohot tinggkir tangga.  Molo sai binereng jala pinarate-atehon do, hurang do makna ni napatupahon paulak une dohot tinggkir tangga laos di sada ari i. Sai songon na marsandiwara do idaon,  molo boi usul tu hita,  ditiadahon ma ulaon sadari i, alai molo dao be do huta ni paranak dohot parboru, toho do tutu nunga sada solusi ulaon sadarion laho pasingkophon ulaoni.

Paulak Une

Didok paulak une, namarlapatan, dung diboan paranak, parumaenna tu huta, manang tu bagas nasida, tontu diharapkan asa ro hagabeon. Marsaor ma pangoli dohot boru muli, sai diharaphon jolma do asa sai pintor  singkop hubungan na harmonis antara pangoli dohot boru muli, artina une ma mardalan hubungan kedua belah pihak, ndang adong rasa curiga, di antara nasida nadua. Dung manang na piga ari di lehon tinggki tu nasida nadua, jala dapot kesimpulan nunga une mardalan songon naung diharap hon, borhat ma paranak tu huta ni parboru, mamboan sipanganon na tabo laho paulak une, padasiphon hubungan ni namarhula-marboru, alana nunga denggan mardalan rumah tangga ni pangoli dohot boru muli.

Maningkir Tangga

Acara adat maningkir tangga, ima haroro ni parboru tu huta ni paranak laho mandulo boruna, songon dia do keadaanna. Dipajagar paranak do boruna nasida asa songon naniharaphon ni parboru, tarida mai sian kondisi kesehatan ni boruna ditingki maningkir tangga. Di acara maningkir tangga ma kesempatan ni parboru laho mangalehon sipasingot dohot hata nauli tu boru na, songon ni nang tu helana. Parboru pe dison ma muse mangalehon hata pasu gabe tu pihak ni paranak.

Acara namangihut :
Ima acara di  bagas ni masing-masing suhut.
Molo di Bagas ni Pihak Paranak, dilanjuthon ma tu napatupahon Mangupa Parumaen, jala di Bagas ni pihak parboru dilanjuthon tu namanigati jual.

Songon ima jolo, partording ni olaon Pangolihon anak/pamuli boru dibagasan adat batak Toba, masomal ni ihuthon di Parserahan. Tontu sai adong do na hurang lobi, alai boi ma didok rohangku, tulisan on sebagai gambaran, manambai parbinotoan ni angka dongan raja parhata.

Molo tung adong saran dohot kritik, laho padasiphon tulisan on, rade do hami manjalosa.

Silikkit, sinalenggam, ba molo saroha sapingkiran hita, ba tapillit na dumenggan, botima. 

MAULIATE



Ir. ROLAND DOTOR HUTAJULU