Kamis, 20 Maret 2014

HIKMAT



HIKMAT
(Ir. Roland Hutajulu)
Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (I Korintus 1, 30)

Saudara yang kekasih, di dalam kamus bahasa indonesia, hikmat itu diartikan adalah bijak, arif, dan juga hikmat itu diartikan adalah sakti.

Hikmat dapat kita defenisikan, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan yang dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, dan dia juga mempunyai kemampuan untuk menindaklanjuti atau melaksanakan pengetahuan yang dimilikinya tersebut menjadi solusi penyelesaian persoalan dimaksud.

Saudara kekasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, Hikmat kadang-kadang sulit kita pahami, apakah hikmat itu harus selalu lurus, jujur dan penuh kebenaran, karena ada hikmat ketika disimak lebih dalam, kelihatannya bertentangan dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh; ketika Salomo harus menetapkan siapa ibu dari seorang bayi yang sedang diperebutkan oleh dua orang ibu yang saling berseteru, Salomo menempuh kebijakan yang melanggar hukum taurat yaitu dengan mengucapkan kata “bunuh” yang kita tahu bahwa membunuh tidak diperbolehkan dalam hukum taurat.

Berdasarkan kisah bayi yang diperebutkan oleh dua orang ibu tadi, dalam prosesnya ketika hikmat itu dipergunakan untuk menentukan keputusan yang adil, terkadang ketentuan hukum dan normatif harus di langgar terlebih dahulu untuk mengetahui siapa yang benar, siapa yang salah dalam sebuah kasus, sehingga melalui kebijakan atau hikmat tersebut, menjadi terlihat dengan jelas masalah apa yang sesungguhnya terjadi dalam kasus atau persoalan yang di hadapi.

Saudara yang kekasih dalam  Yesus Kristus,
I Korintus 1, 30, yang menjadi perikop kita saat ini, dinyatakan bahwa kita yang berada dalam Yesus Kristus, oleh Allah, menjadi hikmat bagi kita. Didalam Kitab Yohanes disebut bahwa Yesus Kristus adalah Firman Allah (Yohanes 1, 14) yang oleh rasul Paulus menjadi hikmat bagi kita. Oleh karena itu kita yang sudah menerima atau berada dalam Yesus Kristus adalah orang yang berhikmat, yang punya kemampuan untuk mengatasi segala persoalan yang datang kepada kita.

Allah yang telah memberikan AnakNya yang Tunggal Yesus Kristus menjadi hikmat bagi kita, yang tentunya disaat kita memiliki masalah, kita dimampukan oleh Tuhan Allah untuk menyelesaikan persoalan hidup kita. tanpa ragu-ragu, dan tanpa ketakutan.

Berbicara mengenai hikmat, kalau kita simak didalam kitab Korintus, ternyata hikmat dapat juga berasal dari dunia ini, pemahaman dunia dalam hal ini adalah dari penguasa kegelapan. Oleh karena itu kita harus ekstra hati-hati untuk menafsirkan hikmat yang diperhadapkan pada kita, apakah hikmat tersebut adalah dari Dunia ini atau dari Tuhan Allah, sebab perbedaan hikmat dimaksud cukup tipis. Didalam Lukas 7, 35, dikatakan bahwa Hikmat harus dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.

Ilustrasi ini, mungkin dapat memberi pemahaman bagi anda seperti apa hikmat dari Allah dan hikmat dari Dunia ini;
Suatu waktu seorang bapak pergi kepasar dengan menaiki sepeda, hendak membeli buah semangka, seperti biasanya penjual semangka selalu menggangtungkan contoh semangka yang sudah dibelah di tempat penjualannya. Sudah barang tentu barang contoh yang dipajang adalah semangka yang terbaik, buahnya segar dan warnanya memikat. Si bapak meminta pada penjual semangka, bahwa ia ingin membeli semangka yang kualitasnya seperti contoh barang yang dipajang. Si penjual mengambil semangka sesuai pesanan si bapak tersebut. Semangka yang dibeli tersebut, di ikat dan digantug di tempat stang (kemudi) sepedanya. Dalam perjalan pulang, ternyata ada pengendara sepeda motor yang berlawan arah dengan si bapak dalam keadaan ngebut, hendak melewati sebuah mobil angkot, rupanya mobil yang akan dilewati juga akan melewati pengendara becak, sehingga mobil bergeser kesebelah kanan untuk mendahului pengendara becak, dengan kondisi demikian, si pengendara sepeda motor hilang kendali dan menabrak sibapak yang membawa semangka tersebut. Si bapak terjatuh dan semangkanya juga terpecah-pecah akibat tubrukan sepeda motor. Si bapak cepat-cepat berdiri, namun disayangkan semangkanya sudah berderai. Sibapak melongo dan heran memandang semangka yang dibelinya ternyata warnanya pucat kekuning-kuningan. Sibapak berpikir, bahwa ia sudah ditipu oleh si penjual semangka, karena semangka yang dibeli seharusnya isinya berwarna merah segar. Berhubung jarak jatuhnya si bapak belum terlalu jauh dari tempat sipenjual semangka, maka dengan hati yang dongkol dan sedikit marah, si bapak menemui si penjual, dan bertanya mengapa semangka yang dibeli adalah semangka yang warnanya pucat kuning, sementara yang diminta adalah yang merah segar. Melihat kondisi semangka yang ditunjukkan si bapak, sipenjual agak heran dan bertanya, mengapa semangkanya berderai seperti itu, kemudian si bapak menceritakan kejadiannya kepada si penjual. Saat itu si penjual mendapat hikmat dan berkata pada si bapak, “ bapak tahu tidak!”, orang aja pucat, kalau tabrakan, apalagi semangka ini tentulah jadi pucat” mendengar kata-kata itu, sibapak diam terkesima mendengar jawaban si penjual semangka, dan tidak bertanya lagi.

Saudara yang kekasih, si bapak tadi ketika mendengar pernyataan si penjual semangka, membenarkan apa yang disampaikan oleh sipenjual semangka, karena sipenjual tersebut memiliki hikmat untuk menjawab si bapak. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan apakah hikmat si penjual semangka tersebut adalah hikmat dari Tuhan Allah, atau dari Dunia. Sipenjual memang lepas dari tuntutan dari si bapak tersebut karena si bapak tersebut dapat menerima alasan sipenjual.

Saudara yang kekasih, untuk membedakan hikmat dari Allah dengan hikmat dari dunia ini, adalah dengan melihat manfaat atau hasil yang muncul dari hikmat tersebut. Kalau hikmat dari Allah, semua pihak merasa tidak ada yang dirugikan karena mereka melihat kebenaran menjadi nyata atau terlihat jelas. Sebagaimana yang kita lihat ketika Salomo berhikmat, bahwa ibu palsu dari sibayi tersebut akhirnya mengakui juga kesalahannya. Sementara dari illustrasi tadi, sipenjual semangka tidak mau mengakui kesalahannya, dan si bapak pembeli semangka tersebut, sekalipun membenarkan sipenjual, sebenarnya dia bingung atas jawaban si penjual semangka.

Saudara-saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus;

Semua orang yang sudah menerima Yesus Kristus berhak mendapatkan hikmat, karena Allah memberi hikmat tidak membeda-bedakan status, umur, suku dan ras. Artinya siapa saja dapat memiliki hikmat dari Allah, selama Tuhan berkenan. Oleh karena itu, Hikmat juga bisa datang kepada anak-anak sekalipun masih kecil, sehingga persoalan yang besar dapat terselesaikan. Illustrasi berikut ini mungkin dapat memberikan pemahaman bagi anda;

Sebuah keluarga, yang mempunyai seorang anak, dan di dalam keluarga ini, ayah dari suami ikut bersama-sama dengan keluarga tersebut. Ayah si suami atau mertua si istri, atau kakek si anak, mengidap penyakit stroke. Sang istri sebenarnya kurang setuju mertuanya ikut bersama mereka. Karena dalam kehidupan sehari-hari, kehadiran si kakek menjadi beban berat bagi sang istri, hal ini disebabkan karena kondisi si kakek yang stroke terkadang mengakibatkan barang pecah belah di rumah menjadi jatuh tersenggol atau terjatuh dari tangan si kakek. Demikian juga saat makan pun kadang-kadang piring pecah karena terjatuh dari meja, termasuk nasi dan lauk pauk sering berjatuhan dan berantakan ditempat dimana si kakek duduk. Memperhatikan hal tersebut si istri mengusulkan pada suaminya, agar si kakek kalau makan tidak lagi di meja makan, melainkan dimeja khusus tersendiri dan posisinya berdekatan dengan kamar mandi, dan untuk menghindari jangan ada lagi piring dan gelas yang pecah, maka si kakek dibuatkan piring dan cangkir dari bahan baku kayu. Demikianlah si kakek sejak saat itu, makan harus menyendiri ditempat yang berdekatan dengan kamar mandi. Setelah peristiwa tersebut berlangsung beberapa lama, si anak yang masih berusia delapan tahun, ternyata memperhatikan sikakek jadi semakin menderita, karena tidak pernah lagi merasakan kebersamaan.

Suatu saat si anak sengaja berada di depan rumah sampil mengosok-gosok selembar papan pendek dengan sebuah pisau. Hari pertama orang tua si anak, baik ayah maupun ibunya, tidak terlalu perduli dengan apa yang dilakukan si anak, mungkin mereka pikir apa yang dilakukan si anak adalah untuk kegiatan pelajaran ketrampilan di sekolah. Namun karena si anak melakukan hal yang sama selama berminggu-minggu, sehingga ibunya bertanya pada si anak, untuk apa papan tersebut digosok-gosok dengan pisau berhari-hari. Sianak menjawab dengan penuh hikmat, “ Mama, ini papan saya persiapkan untuk menjadi piring mama nantinya, apabila mama sudah tua seperti kakek” mendengar jawaban anaknya, sang istri tiba-tiba merasa seperti terkena strom listrik, aliran darahnya mengalir deras sampai ke ubun-ubun dan jantungnya berdebar, dan dalam benaknya langsung membayangkan dirinya  dalam keadaan tua renta dan peyot, sedang makan di samping kamar mandi, sebagaimana biasanya dia menyaksikan mertuanya sehari-hari.

Setelah itu, sang ibu menangis sambil memeluk anaknya, dan selanjutnya mencari ayah mertuanya untuk bersujud dan minta maaf.

Saudara yang kekasih, hikmat dari Allah dapat menghasilkan pertobatan dan memberikan damai yang penuh belas kasihan, sebagaimana yang tertulis dalam Yakobus 3, 17. “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Hikmat juga dapat memberikan perasaan seseorang untuk memaklumi suatu keadaan menjadi suatu kebenaran, sekalipun dalam kenyataannya, keadaan tersebut belum sesuai sebagaimana yang diharapkan. Illustrasi berikut ini mungkin dapat memberikan pemahaman anda tentang hal ini;

Di Pulau Papua, tepatnya di Papua Barat, ada sebuah keluarga Kristiani, tinggal disebuah Desa yang belum memiliki fasilitas listrik (belum terjangkau PLN), seorang anak yang masih sekolah menyampaikan maksudnya kepada Bapaknya dengan diawali pertanyaan, “bapak?” “Tuhan itu baik toh”, “Tuhan itu maha pengasih kan bapa?”, dan “Tuhan itu sanggup memberi apa yang kita butuhkan?”. Kalimat seperti itu sudah terbiasa di ajarkan kepada si anak, ketika si anak di sekolah minggu. Si Bapak mendengar pertanyaan anaknya, dengan perasaan syukur, karena anaknya sudah dapat memahami arti kebaikan Tuhan, kemudian si bapak menjawab “o, iya” “Tuhan itu sungguh amat baik anakku”. Kemudian si anak berbicara lagi sama bapaknya. Kalau begitu bapak, mari kita berdoa minta kepada Tuhan agar matahari menjadi dua, supaya saya dapat belajar juga pada waktu malam. Si bapak berfikir sejenak, karena permintaan anaknya sangat sulit dijawab, si bapak memaklumi bahwa anaknya belum mengerti batasan-batasan meminta atau memohon pada Tuhan. Kemudian dengan hikmat si bapak menjawab, “anakku, coba lihat badan kita ini, dengan satu matahari saja, kulit kita ini sudah sedemikian hitamnya, bagaimana nanti kalau sampai matahari jadi dua, bisa-bisa kulit kita ini lebih hitam dan kelihatannya seperti hangus”, “sudalah kita terima aja matahari cukup satu ya nak?”, kalau masalah belajar, nanti bapak belikan lampu yang lebih terang.

Hikmat yang ada pada bapak si anak tersebut, membuat si anak dapat memahami dan memaklumi tentang keberadaan atau situasi yang terjadi, sekalipun si anak belum mendapatkan apa yang dia inginkan.
Saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus,

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, sering kali kalau hikmat jika sudah diperhadapkan dengan kepentingan materi atau uang, hikmat tersebut menjadi sirna, maksudnya, kalau hikmat yang ada pada kita ketika diadu dengan kepentingan materi, kita selalu memprioritaskan kepentingan materi dibanding dengan yang lainnya. Saking hebatnya pengaruh kepentingan materi tersebut, sampai muncul anekdot yang mengatakan bahwa uang/materi yang mengatur negara ini dalam bahasa Batak disebut “hepeng do mangatur negara on”. Sering kita kehilangan investasi kebahagiaan di dalam kehidupan keluarga kita karena lebih memikirkan kepentingan materi. Illustrasi ini mungkin dapat  memberikan inspirasi atau pemahaman pada anda;

Seorang ayah baru pulang dari kantornya dengan sepeda motor sambil membawa laptop. Saat dia sampai dirumah, disambut oleh anak sulungnya yang masih berumur 3 tahun. Si ayah meletakkan laptopnya di teras rumah, seraya memarkirkan sepeda motornya ke garasi. Anaknya yang masih berumur 3 tahun tersebut, bermaksud membantu ayahnya untuk menyimpankan laptop bapaknya ke meja dimana biasanya bapaknya meletakkan laptop tersebut. Begitu si ayah melihat anaknya memegang laptopnya, secara tiba-tiba si ayah marah luar biasa sama si anak, melarang anaknya memegang laptopnya karena takut jatuh dari tangan si anak. Si ayah berpikir kalau laptopnya terjatuh, akan keluar uang yang cukup besar untuk memperbaiki atau mengganti laptop tersebut yang saat itu harga laptop memang cukup mahal. Mendengar si ayah marah sambil berteriak, si anak ketakutan luar biasa. Gara-gara peristiwa itu, si anak selalu takut menolong siapapun, dan akibat trauma ketakutan tersebut, si anak menjadi anak yang introvert dan selalu menyalahkan diri sendiri dalam situasi apapun dalam perjalanan hidupnya. Si ayah kehilangan investasi kebahagiaan, karena si anak selalu tidak berani tampil dan selalu mengurung diri pada siapapun, termasuk pada ayahnya tidak berani lagi bertanya atau meminta apapun yang diinginkannya.

Saudara yang kekasih, Tuhan Yesus yang adalah Fiman, yang diutus oleh Tuhan Allah untuk kita, menjadi hikmat bagi kita. dan hikmat itu  kita memiliki, bukan karena kehebatan ilmu pengetahuan kita dari sekolah yang cukup tinggi, atau karena kita memiliki materi yang cukup banyak di dunia ini, melainkan karena Tuhan Allah mengasihi kita.

Dalam bermasyakat, dan menjaga hubungan dengan sesama, apapun posisi kita, seperti apapun keberadaan atau eksistensi kita, kita harus ingat bahwa kita sudah diberi hak untuk menerima hikmat dari Tuhan Allah untuk dapat berperan aktif dalam masyarakat atau lingkungan kita.

Rasul Paulus menyampaikan bahwa dalam menjalin hubungan dengan sesama, hubungan dalam lingkungan masyarakat, kita harus dikuasai oleh kekuatan kasih karunia Allah, sehingga kita melaksanakan dengan ketulusan dan kemurnian melalui hikmat Allah, bukan hikmat duniawi (II Korintus 1, 12)

Saudara yang terkasih,
Yesus Kristus yang adalah firman, menjadi hikmat bagi kita, sehingga kita yang sudah menerima kristus Yesus, juga memiliki kemampuan membedakan himat dunia dengan hikmat Allah, dan juga memiliki kemampuan melawan hikmat dunia ini. Firman Tuhan sebagaimana tertulis dalah Alkitab, menjadi pedoman hidup kita, seperti tertulis dalam II Timoteus 3, 15 yang menyatakan “ Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus

Firman Allah harus tetap menjadi pegangan hidup kita, yang merupakan hikmat bagi kita untuk menuntun kita kepada keselamatan, sebab kita sudah dibenarkan Allah karena iman kita dalam Yesus Kristus, dan kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus (Roma 5,1)

Sebagai orang yang berhikmat, mari kita tingkatkan pelayanan kita di Dunia ini, demi kemuliaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Bapa Sorgawi.  Amin.

Pekanbaru, Medio Maret 2014

Ir. Roland Hutajulu